Rabu, 05 Februari 2014

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TENTANG TIGA TINGKATAN KAUM MUSLIM DALAM MENGAMALKAN AL-QUR’AN



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang

Di era modern ini, sering kali manusia lupa akan kewajiban, agama, dan ayat-ayat Al-Qur’an. Begitu juga kandungan ayat Al-Qur’an dan cara pengamalannya. Dlam kenyataannya, ayat-ayat Al-Qur’an sebenarnya sangat penting. Bahkan tanpa disadari, kadang kita juga mengamalkannya. Tetapi,hal itu tidaklah sempurna untuk menjadi amalan kita. Karena kita tidak tahu akan kaitan perbuatan tersebut dengan ayat Al-Qur’an. Padahal, hal itu biasa menjadi amalan kita jika kita memakai niat. Tetapi jika tahu akan ilmunya, mana mungkin kita biasa berpikiran sejauh itu dan berpikir akan niat dalam mengerjakannya. Semua itu dapat kita tangani dengan memahami ayat-ayat Al Qur’an adalah salah satunya.

Dengan mengetahui, memahami, dan menerapkannya maka kita pastinya dapat mengupas baik buruknya suatu perbuatan. Dalamsebuah pepatah telah disebutkan bahwa “ Amal tanpa ilmu akan buta. Dan ilmu tanpa amal akan binasa”. Begitu juga dengan keadaan masyarakat kita sekarang ini. Alangkah sangat ruginya jika pusaka yang telah kita punyai tidak kita manfaatkan dan tidak bisa melindungi kita yaitu kita tidak bisamempergunakan dan memahami kandungan ayat Al Qur’an. Keadaan seperti inilah harus dicari jalan keluarnya. Salah satu hal yang dapat dilakukan adalah dengan memanfaatkan 2 pusaka yang telah dititipkan oleh Nabi Muhammad SAW,yang tidak lain adalah Al-Qur’an dan Al-Hadist. Dengan berpegang teguh pada keduanya niscaya kita akan menjadi umatnya yang beruntung di dunia dan akhirat yaitu dengan mempelajari Al Qur’an dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.



























BAB II PEMBAHASAN
TIGA GOLONGAN KAUM MUSLIMIN

A.   Pengertian Qur’an surat Al Faathir
Surah Fatir (bahasa Arabفاطر) adalah surah ke-35 dalam al-Qur'an. Surah ini tergolong surah Makkiyah yang terdiri atas 45 ayat. Fatir artinya Pencipta diambil dari ayat pertama surah ini. Fatir menerangkan bahwa Allah adalah pencipta langit dan bumi, manusia, dan makhluk lainnya. Surah Fatir dinamakan surat Al-Mala'ikah (Malaikat) karena pada ayat pertama Allah menerangkan bahwa Allah mengutus beberapa malaikat yang memiliki sayap.

B.   Qur’an surat Al Faathir ayat: 32
Description: http://www.bimbie.com/assets/uploader/kompetisi%203.png

C.   Terjemah Qur’an surat Al Faathir ayat: 32
 Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan diantara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang amat besar.” (QS Fatir : 32)
D.   Isi kandungan Qur’an surat Al Faathir ayat: 32
Allah SWT mengklasifikasi orang-orang yang menerima Al-Qur`ân, yaitu kaum muslimin menjadi tiga macam. Golongan pertama disebut zhâlim linafsihi. Golongan kedua disebut muqtashid. Jenis terakhir bergelar sâbiqun bil-khairât.

1.      Golongan Pertama: ظَالِمٌ لِنَفْسِه (zhâlim linafsihi).

Makna linafsihi merupakan sebutan bagi orang-orang muslim yang berbuat taqshîr (kurang beramal) dalam sebagian kewajiban, ditambah dengan tindakan beberapa pelanggaran terhadap hal-hal yang diharamkan, termasuk dosa-dosa besar. Atau dengan kata lain, orang yang taat kepada Allah SWT , akan tetapi ia juga berbuat maksiat kepada-Nya. Karakter golongan ini tertuang dalam firman Allah Azza wa Jalla berikut:
Dan (ada pula) orang-orang lain yang mengakui dosa-dosa mereka, mereka mencampur-baurkan perkerjaan yang baik dengan pekerjaan lain yang buruk. Mudah-mudahan Allah menerima taubat mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. [at-Taubah/9: 102].

2.      Golongan Kedua: الْمُقْتَصِدُ (al-muqtashid).

Orang-orang yang termasuk dalam istilah ini, ialah mereka yang taat kepada Allah SWT tanpa melakukan kemaksiatan, namun tidak menjalankan ibadah-ibadah sunnah untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT . Juga diperuntukkan bagi orang yang telah mengerjakan perintah-perintah dan menjauhi larangan-larangan saja. Tidak lebih dari itu.Atau dalam pengertian lain, orang-orang yang telah mengerjakan kewajiban-kewajiban, meninggalkan perbuatan haram, namun diselingi dengan meninggalkan sejumlah amalan sunnah dan melakukan perkara yang makruh.


3.      Golongan Ketiga: سَابِقٌ بِالْخَيْرَاتِ (sâbiqun bil-khairât).

Kelompok ini berciri menjalankan kewajiban-kewajiban dari Allah SWT dan menjauhi muharramât (larangan-larangan). Selain itu, keistimewaan yang tidak lepas dari mereka adalah kemauan untuk menjalankan amalan-amalan ketaatan yang bukan wajib untuk mendekatkan diri mereka kepada Allah SWT. Atau mereka adalah orang-orang yang mengerjakan kewajiban-kewajiban, amalan-amalan sunnah lagi menjauhi dosa-dosa besar dan kecil.Adalah merupakan sesuatu yang menarik, manakala Imam al-Qurthubi rahimahullah mengetengahkan sekian banyak pendapat ulama berkaitan dengan sifat-sifat tiga golongan di atas. Sehingga bisa dijadikan sebagai cermin dan bahan muhasabah (introspeksi diri) bagi seorang muslim dalam kehidupan sehari-harinya; apakah ia termasuk dalam golongan pertama (paling rendah), tengah-tengah, atau menempati posisi yang terbaik dalam setiap sikap, perkataan dan tindakan.
Janji baik dari Allah SWT Kepada tiga golongan itu. Allah SWT menjelaskan bahwa Dia Azza wa Jalla menjanjikan Jannatun-Na’im terhadap tiga golongan itu, dan Allah SWT tidak memungkiri janji-Nya. Allah SWT berfirman:
(Bagi mereka) surga ‘Adn, mereka masuk ke dalamnya, di dalamnya mereka diberi perhiasan dengan gelang-gelang dari emas, dan dengan mutiara, dan pakaian mereka di dalamnya adalah sutera. [Fâthir/35:33]
Janji Allah SWT berupa Jannatun-Na’iim kepada semua golongan tersebut, digapai pertama kali – berdasarkan urutan pada ayat – oleh zhâlim linafsih. Hal tersebut menunjukkan bahwa ayat ini termasuk arjâ âyâtil-Qur`ân. Yaitu ayat Al-Qur`ân yang sangat membekaskan sikap optimisme umat yang sangat kuat. Tidak ada satu pun seorang muslim yang keluar dari tiga klasifikasi di atas. Sehingga ayat ini dapat dijadikan sebagai dasar argumentasi bahwa pelaku dosa besar tidak kekal abadi di neraka. Pasalnya, golongan orang kafir dan balasan bagi mereka, secara khusus telah dibicarakan pada ayat-ayat setelahnya [Fâthir/35 ayat 36-37].
Syaikh’Abdul-Muhsin al-Abbâd hafizhahullah berkata tentang ayat di atas: “Allah SWT mengabarkan tentang besarnya kemurahan dan kenikmatan dengan memilih siapa saja yang Dia kehendaki untuk masuk Islam dengan mencakup tiga golongan secara keseluruhan. Setiap orang yang telah memperoleh hidayah Islam dari Allah SWT , maka tempat kembalinya adalah jannah, kendati golongan pertama akan mengalami siksa atas perbuatan kezhaliman yang dilakukan terhadap dirinya sendiri”.
Hal ini sangat berbeda dengan kondisi Ahlul Kitab. Mereka hanya terbagi menjadi dua kelompok, yakni golongan yang muqtashid dalam beramal, dan kedua golongan –yang secara- prosentase, kebanyakan adalah orang-orang yang amalannya buruk. Allah SWT berfirman:
 Di antara mereka ada golongan yang pertengahan. Dan alangkah buruknya apa yang dikerjakan oleh kebanyakan mereka. [al-Mâ`idah/5:66].
Marilah saudaraku kita introspeksi, pada posisi mana kita sekarang berada.? manusia yang baik adalah bukan yang tidak memiliki dosa, tetapi dia selalu bertobat dan memperbaiki dirinya.
BEBERAPA PERBEDAAN PENDAPAT TENTANG ISI KANDUNGAN SURAT AL FATHIR AYAT :32 Yaitu:
  1. MENURUT ABU DARBA’
Yang di maksud umat nabi Muhammad adalah umat sejak NabiMuhammad diutus hingga hari akhir. Dalam menerima Al Qur’an yang merupakan firman Nya, umat Nabi Muhammad terbagi menjadi tiga yaitu :
1.Golongan pertama (zalimun linafshihi / mereka yang mendzalimi diri sendiri) adalah orang-orang yang lebih banyak berbuat kesalahan daripada kebaikannya.  Mereka lebih sering melakukan perbuatan buruk daripada perbuatan baik . Mereka lebih sering meninggalkan perintah Allah daripada menjalankan perintah-Nya. Orang yang termasuk golongan ini menolak Al Qur’an dan memilih jalan hidup yang lain. Mereka tidak mau menjadikan Al Qur’an sebagai pedoman dalam menjalani kehidupan.
  2.Golongan kedua (muqtasid / mereka yang pertengahan)
Adalah terdiri atas orang-orang yang kebaikannya sama dengan keburukan yang di lakukannya. Orang-orang yang termasuk golongan ini menjalankan perintah Allah tetapi juga menjalankan laranganNya. Mereka maumenerima Al Qur’an dan menjadikannya sebagai pedoman hidup, tetapi mereka masih banyak melakukan kesalahan.
3.Golongan ketiga (sabiqun bilkhairat / mereka yang terlebih dahulu berbuat kebaikan). terdiri atas orang-orang yang kebaikannya sangat banyak dan sangat jarang berbuat kesalahan. Mereka yang termasuk golongan ini adalah orang-orang yang selalu menjalankan perintah Allah SWT dan menjauhi larangan Nya. Mereka menjadikan Al Qur’an sebagai pedoman hidup. Mereka tidak pernah mengerjakan apa yang di larang oleh Al Qur’an.Orang-orang yang masuk golongan ini selalu menjalankan perintah-perintah yang hukumnya wajib dan sunnah.Mereka meninggalkan segala sesuatu yang haram hukumnya danmenghindari yang subhat. Allah SWT telah menyediakan surga dengan segala kenikmatannya bagi golongan ini. Ketiga kelompok tersebut sebagaimana dijelaskan dalam hadits tetap masuk surga meskipun dengan cara yang berbeda-beda. Rasulullah SAW dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abu Darda’ bersabda :
Artinya :
“Dari Abu Darba’, dia berkata, “Saya mendengar rasulullah SAW bersabda, “Allah SWT berfirman, ‘Kemudian kitab ini kami wariskan kepada orang-orang yang kami pilih diantara hamba-hamba kami, lalu diantara mereka ada yang menzalimi diri sendiri, ada yang pertengahan, dan adapula yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah.”
 Adapun orang-orang yang lebih dahulu berbuat kebaikan, mereka adalah orang-orang yang akan masuk surga tanpa hisab. Orang yang  pertengahan, mereka adalah orang-orang yang akan masuk surga dihisap dengan hisab yang ringan. Orang yang mendzalimi diri sendiri, mereka adalah orang-orang yang dihisab dalam lamanya mahsyar. Kemudian, kerugian mereka itu diganti oleh Allah dengan rahmat-Nya. Maka mereka berkata : ‘Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan duka cita dari kami. Sesungguhnya Tuhan kami benar-benar Maha Pengampun, Maha Mensyukuri. Yang menempatkan kami dalam tempat yang kekal karena karunia-Nya. Didalamnya kami tiada merasa lelah dan tiada pula merasa lesu’.
”(HR. Ahmad No. 20734). Dari hadits yang diriwayatkan Imam Ahmad tersebut, dapat kita pahami bahwa dhalimun linafsih, muqtasid, dan sabiqun bil-khairat situasinya berbeda-beda pada saat memasuki surga. Kelompok sabiqun bil-khairat akan masuk surga tanpa melalui hisab. Kelompok muqtasid(pertengahan) akan masuk surga dengan melalui proses hisab yang mudah(yasira). Dan kelompok zalimun linafsih (menzalimi dirinya sendiri) akanmasuk surga dengan hisab yang lama dan berat. Mereka harus melalui perhitungan yang tidak ringan. Bahkan, sebagian ulama berpendapat bahwa mereka harus merasakan neraka sebagai balasan amal buruk yang telah mereka kerjakan pada saat hidup di dunia. Namun, mereka tetap masuk surga dengan rahmat Allah SWT. Sebesar apapun dosa seseorang selama dia mempunyai iman walau sebesar atom dalam hatiinya, niscaya Allah akan mengganti dengan rahmat-Nya untuk masuk surga.

  2. MENURUT SEORANG ULAMA’
Kemudian Kitab ini Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, namun di antara mereka ada yang bertindak aniaya terhadap diri sendiri, ada pula di antara mereka yang menengah, dan ada pula di antara mereka yang paling dahulu mengerjakan kebajikan dengan izin Allah Tiga golongan kaum Mukmin:
1. Golongan yang lebih cenderung untuk berbuat kejahatan dari pada berbuat kebajikan.
2. Golongan menengah, yakni mereka yang seimbang kebaikan dengan kejahatannya.
3. Golongan yang cenderung untuk berbuat kebajikan daripada berbuat kejahatan.. Warisan dan pilihan itu merupakan Karunia Besar.

  3. MENURUT SAYID SABIQ
Allah swt mewariskan kitab ( Al Quran ) kepada hamba hambanya yang terpilih untuk diamalkan dan dikerjakan apa yang diperintahkan dan dilarang dalam kitab tersebut. Dalam kenyataanya manusia memiliki berbagai ragam bentuk aktifitas untuk menerima dan mewarisi kitab yang telah Allah wariskan. Ada diantara mereka menanggapi kitab Allah dengan sungguh sungguh dan mengerjakanya dengan amal amal perbuatan baik karena mendapatkan ridho dan izin Allah, adapula yang menerima dengan seenaknya tanpa mau mengerjakan apalagi mentaati isi dan ajaran kitab Allah tersebut sehingga apa yang dilakukanya sesungguhnya seperti menganiaya diri sendiri. Karena manusia yang tidak mau beramal baik sesuai dengan kitab Allah sesungguhnya amal perbuatan itu akan kembali pada dirinya sendiri. Dan yang lebih banyak manusia itu ada di pertengahan yang terkadang taat namun dilain waktu manusia itu melanggar. Kitab Allah ( Al-Quran ) merupakan satu pedoman hidup manusia baik untuk kebahagiaan di dunia maupun kebahagiaan hidup di akhirat. Agar manusia mampu meraih kedua hal tersebut maka manusia dituntut untuk mampu memahami, membaca, dan mengamalkan apa yang terkandung dalam kitab Allah tersebut. Orang Islam mempunyai kewajiban untuk mampu dan dapat membaca Al-quran dengan baik dan benar, memahami arti dan maknanya, serta mengamalkan apa yang ada didalamnya.
Sayid Sabiq dalam kitabnya telah membagi akhlak manusia kedalam tiga tingkatan :
1.Nafsu Amarah, ialah nafsu manusia yang tingkatanya paling rendah dan sangat hina karena senantiasa mengutamakan desakan dan bisikan hawa nafsu yang merupakan godaan syaitan.
2.Nafsu Lawwammah, ialah nafsu yang senantiasa menjaga amal manusia untuk berbuat salih dan berhati hati serta instropeksi terhadap kesalahan kesalahan apabila terperosok kedalam kemungkaran.
3Nafsu Muthmainah, ialah akhlak manusia yang paling tinggi derajatnya karena memiliki ruhani dan jiwa yang tenang, suci, dalam keadaan selalu melakukan kebaikan kebaikan dan beramal shalih.
(1) Allah SWT menurunkan Al Qur’an kepada nabi Muhammad.Al Qur’an merupakan mukjizat terbesar bagi Nabi Muhammad . Nabi Muhammad dan umatnya terpilih untuk menerima Al Qur’an . Dari sekian banyak umat para rasul terdahulu, nabi Muhammad dan umatnya yang terpilih.Yang di maksud umat nabi Muhammad adalah umat sejak Nabi Muhammad diutus hingga hari akhir.Dalam menerima Al Qur’an yang merupakan firman Nya , umat Nabi Muhammad terbagi menjadi tiga yaitu :


1. Zalimun linafsihi ( mereka yang mendzalimi diri sendiri )

Golongan pertama (zalimun linafshihi) adalah orang-orang yang lebih banyakBerbuat kesalahan daripada kebaikannya . mereka lebih sering melakukan perbuatan buruk daripada perbuatan baik . Mereka lebih sering meninggalkan perintah Allah daripada menjalankan perintah Nya. Orang yang termasuk golongan ini menolak Al Qur’an dan memilih jalan hidup yang lain. Mereka tidak mau menjadikan Al Qur’an sebagai pedoman dalam menjalani kehidupan.

2. Muqtasid ( mereka yang pertengahan )

Golongan kedua (muqtasid) adalah terdiri atas orang-orang yang kebaikannya sama dengan keburukan yang di lakukannya. Orang-orang yang termasuk golongan ini menjalankan perintah Allah tetapi juga menjalankan laranganNya.Mereka mau menerima Al Qur’an dan menjadikannya sebagai pedoman hidup, tetapi mereka masih banyak melakukan kesalahan.
3. Sabiqun bilkhairat ( mereka yang lebih dahulu berbuat kebaikan )

Golongan ketiga (sabiqun bilkhairat) terdiri atas orang-orang yang kebaikannya sangat banyak dan sangat jarang berbuat kesalahan. Mereka yang termasuk golongan ini adalah orang-orang yang selalu menjalankan perintah Allah SWT dan menjauhi larangan Nya. Mereka menjadikan Al Qur’an sebagai pedoman hidup. Mereka tidak pernah mengerjakan apa yang di larang oleh Al Qur’an.Orang-orang yang masuk golongan ini selalu menjalankan perintah-perintah yang hukumnya wajib dan sunnah. Mereka menin ggalkan segala sesuatu yang haram hukumnya dan menghindari yang subhat.Allah SWT telah menyediakan surga dengan segala kenikmatannya bagi golongan ini.Orang-orang yang termasuk golongan ketiga ini merupakan golongan yang mendapat karunia yang terbesar,selain itu juga mereka termasuk orang-orang yang beruntung karena menjadikan Al Qur’an sebagai pedoman hidup dan menjalankan apa yang diperintahkannya. Mereka melakukan perbuatannya dengan ikhlas karena Allah.Kelak Allah akan membalas segala perbuatannya.
Orang-orang yang mampu mengatasi masalah dengan baik hanyalah orang yang bersandar pada kitab (hukum, ketentuan, atau ilmu pengetahuan) dari Allah SWT. Islam agar kita berusaha keras dalam menuntut ilmu pengetahuan dan hal itu sekaligus menjadi kita selama hidup. Menuntut ilmu pengetahuan harus di sertai pula dengan keimanan yang kuat agar mencapai derajat yang tinggi, baik di dunia maupun di akhirat.
Allah menempatkan orang-orang yang beriman, berilmu dan beramal shaleh sesuai dengan ilmunya padaderajat yang paling tinggi. Allah SWT Pasti meninggikan derajat orang-orang yang dalam dirinya yang dalam dirinya terdapat tiga hal, yaitu kaimanan, ilmu pengetahuan, dan amal shaleh.
Sebelum kehadiran islam, peluang menimba umum bukanlah sesuatu yang umum. Tidak semua orang diberikan hak untuk menuntut ilmu, kecuali merupakan monopoli kelompok-kelompok tertentu, seperti kalangan pemerintah, aristocrat, keluarga-keluarga ternama, dan keluarga-keluarga kerajaan.
Seseorang akan dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat apabila menguasai ilmunya. Landasan kehidupan yang paling utama adalah iman dan pengiringnya adalah Ilmu. Iman yang tak di sertai Ilmu dapat membawa perilaku seseorang kepada hal-hal yang menyimpang dari aturan Illahi.Contohnya, Ilmu Manusia tentang tenaga atom. Alangkah bergunanya Ilmu itu apabila disertai Iman yang sempurna karena hasilnya akan membawa manfaat yang besar bagi seluruh manusia. Dan apabila tidak di iringi oleh iman, ilmu tersebut dapat dipergunakan untuk memusnahkan manusia karena jiwanya tidak dikontrol oleh iman.
Intinya isi kandungan surat Fatir ayat 32 adalah upaya-upaya memahami hal-hal sbb.
a) kitab al-Qur’an merupakan pedoman dan petunjuk bagi orang-orang yang
bertakwa
b) ada sebahagian orang yang tidak mau memiliki kemampuan untuk membaca, memahami dan melaksanakan isi kandungan al-Qur’an sehingga mereka termasuk orang yang menganiaya pada diri mereka sendiri.
c) bagi orang yang banyak berbuat kebajikan, maka ia akan dimasukkan ke Sorga Adn yaitu sorga yang penuh dengan kenikmatan
  4. MENURUT IMAM MUHAMMAD AL-BAQIR AS
Yang dimaksud dengan "hamba-hamba yang dipilih, yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah, dan para pewaris Al-Kitab " adalah para imam dari Ahlul Bayt a.s., merekalah orang-orang yang mendapat karunia yang amat besar. Yang dimaksud dengan "hamba-hamba yang berada pada pertengahan" adalah mereka yang mengenal para imam a.s. dan "hamba-hamba yang menganiaya diri mereka sendiri" adalah orang-orang yang tidak mengenal para imam a.s.
Ketika menafsirkan ayat tersebut Imam Muhammad Al-Baqir a.s. berkata: "orang yang lebih dahulu berbuat kebaikan adalah imam, orang yang berada pada pertengahan adalah orang yang mengenalnya, orang yang menzalimi dirinya sendiri adalah orang yang tidak mengenalnya".
  5. MENURUT SEBAGIAN ULAMA”
Dalam ayat ini Allah membagi tingkatan seorang hamba itu menjadi 3 tingkatan:
1.Menganiaya diri mereka sendiri
Menganiaya diri mereka sendiri adalah seorang hamba yang bermaksiat kepada tuhannya,meninggalkan apa yang Allah perintahkan atau mengerjakan apa yang dilarang Allah swt.hamba ini sangat sedikit sekali untuk mencapai kebaikan untuk akhiratnya, yang mana dengan kebaikan ini dia bisa mendapatkan keselamatan.akan tetapi bukan kebaikan yang bertambah malahan keburukan yang terus bertambah dari apa yang dia lakukan.manusia ini adalah seorang muslim tapi dia tidak meningkatkan amal sholehnya bahkan amal keburukannnya lebih berat dari pada amal kebaikannya.Allah mengatakan dalam firmannya: “Dan siapa yang ringan timbangan kebaikannya, Maka Itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, disebabkan mereka selalu mengingkari ayat-ayat kami”.(Al-`araf ayat 9)
Semua golongan ini akan masuk surga pada akhirnya karena mereka hanya bermaksiat kepada Allah dan bertauhid kepada Allah. meskipun mereka terlebih dahulu dilemparkan kedalam neraka untuk membersihkan kotoran-kotoran yang melekat dalam diri mereka, kemudian baru dimasukan kedalam surga Allah.Wallahu`alam. Adapun apabila mereka dzolim terhadap diri mereka sendiri dan kepada Allah dengan sedikit beribadah kepadanya, Allah akan mengampuni mereka apabila mereka bertaubat kepada Allah.sedangkan dzolim terhadap sesama saudaranya dan tidak memberikan hak-hak mereka,tidak cukup bertaubat kepada Allah saja akan tetapi hendaklah hamba ini meminta keridhoan dan meminta ma`af kepada saudara yang dia sakiti.apabila hal ini tidak dia lakukan maka kebaikan nya pada hari kiamat akan berpindah kepada saudara yang dia sakiti atau kepada saudara yang dia ambil hak-hak mereka.
2. Pertengahan (kebaikan dan keburukannya sama)
Pertengahan ialah orang-orang yang kebaikannya berbanding dengan kesalahannya. Adapun contoh manusia ini adalah mereka melaksanakan apa yang Allah perintahkan kepadanya baik itu sholat fardhu diawal waktu,zakat,shaum,haji akan tetapi mereka tidak melakukan amalan sunnah dari ibadah-ibadah serta dzikir-dzikir dan amalan-amalan sunnah yang menguntungkan baginya,ketika tiba waktu-waktu yang Allah perintahkan kepadanya, dia melakukan keta`atan itu dan tidak meninggalkan hak-hak Allah, dan tidak juga mendzolimi saudaranya dan mengambil hak mereka. kemudian dia pun pergi untuk mencari rezki yang telah dihalalkan oleh Allah baginya,kemudian kembali dari mencari rezki itu, dan melakukan amalan-amalan yang Allah perintahkan kepadanya. tetapi dia tidak melakukan amalan-amalan sunnah yang meningkatkan keimanannnya kepada Allah.manusia golongan ini termasuk golongan yang baik.Allah mengatakan dalam firmannya:
“Adapun orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kanannya, maka dia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah,dan dia akan kembali kepada kaumnya (yang sama-sama beriman) dengan gembira”.
3. Berlomba-lomba dalam kebaikan
Manusia golongan ini adalah mereka yang mendekatkan diri kepada Allah baik mengerjakan fardhuNya dan sunnahNya,meninggalkan apa yang diharamkan oleh Allah,dan hal-hal yang dimakruhkan oleh Allah,mereka juga banyak dalam beramal sholeh,mereka mendengarkan firman-firman Allah dan mengikuti kebaikan yang ada didalamnya,mereka mengetahui Allah dengan hati mereka dan menyaksikan dengan gaib ruh-ruh mereka dengan menyembunyikan rahasia-rahasia yang ada pada mereka dan mengisi hati mereka dengan kecintaan kepada Allah dan terus-terus berdzikir kepada Allah,dan melupakan apa yang selain Allah,Allah mengatakan dalam firmannya:
فَرَوْحٌ وَرَيْحَانٌ وَجَنَّةُ نَعِيمٍ
“Maka dia memperoleh ketenteraman dan rezki serta jannah kenikmatan”.(Al-waqi`ah ayat 89).
Manusia golongan ini disebut juga dengan golongan muqarrobin.mereka menghidupkan sunnah Rasulullah, Rasulullah mengatakan dalam sabdanya:”Barang siapa yang menghidupkan sunnahku sugguh telah menghidupkan aku dan barang siapa yang menghidupkan aku sugguh dia bersamaku didalam surga”.(HR.Muslim).adapun yang paling jelas manusia yang menempuh jalan para muqarrabin dimulai dari awal sampai akhirnya, dari hadits qudsi yang mana Rasulullah saw bersabda: “Dari Abu Hurairah radhiAllohu ‘anhu ia berkata: telah bersabda Rasulullah shalalahu ‘alaihi wa sallam: “Sesungguhnya Alloh telah berfirman: Barangsiapa yang memusuhi Waliku maka sesungguhnya Aku telah menyatakan perang kepadanya, dan tidaklah seorang hambaKu mendekatkan diri kepadaKu dengan sesuatu ibadah yang lebih Aku cintai dari apa yang telah Aku wajibkan kepadanya, dan senantiasa seorang hambaKu mendekatkan diri kepadaKu dengan amalan-amalan sunnah hingga Aku mencintainya. Jika Aku mencintainya jadilah aku sebagai pendengarannya yang ia gunakan untuk mendengar, dan sebagai penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat, dan sebagai tangannya yang ia gunakan untuk berbuat, dan sebagai kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. Dan jika ia meminta (sesuatu) kepadaKu pasti Aku akan memberinya, dan jika ia memohon perlindungan dariKu pasti Aku akan melindunginya”.(HR.Bukhari).












BAB III PENUTUP
3.1  Kesimpulan
Allah SWT mengklasifikasi orang-orang yang menerima Al-Qur`ân, yaitu kaum muslimin menjadi tiga macam. Golongan pertama disebut zhâlim linafsihi. Golongan kedua disebut muqtashid. Jenis terakhir bergelar sâbiqun bil-khairât.

3.2  Saran-Saran

Marilah saudaraku kita introspeksi, pada posisi mana kita sekarang berada.? manusia yang baik adalah bukan yang tidak memiliki dosa, tetapi dia selalu bertobat dan memperbaiki dirinya.


































            DAFTAR PUSTAKA


Tidak ada komentar:

Posting Komentar